Senin, 02 Juli 2012

Menundukkan Hati

Sebenetar lagi memasuki bulan puasa... Sebagaimana kebiasaan yang sering kita lakukan dalam menyambut bulan penuh berkah ini, yakni bermaaf-maafan. Terlepas dari sah atau tidaknya dalil bermaafan itu, ada hal yang menggelitik perasaan.
Sikap baik semua orang menjelang ramadhan adalah hal yang sangat positif untuk menjaga kesimbangan psikologis antara sesama manusia, apalagi kalau sikap itu bersifat permanen, bukan semata-mata karena menyambut ramadhan. Pada waktu yang lain kita juga sudah terbiasa melakukan ritual bermaaf-maafan setelah ramadhan, yaitu di hari lebaran. Setalah itu suasana ini terjaga mungkin satu minggu atau bisa satu bulan.

Lepas dari satu bulan kita kembali menjadi manusia yang "tidak normal", karena akan kita dengar kalimat, "kan sudah habis lebaran". Hati kita kembali keras, bicara kita kembali pedas, bahkan tanpa sadar kita telah berganti Tuhan. Dalam lingkungan "tidak normal", kita tampak seperti orang tau agama, tapi tak menggunakan nilai-nilainya dalam hidup keseharian; Sikap baik kita tunjukkan untuk membuat manusia senang, padahal agama melarang.

Tuhan suruh kita saling mengingatkan, tapi kita saling membenci dan merasa gengsi, Tuhan suruh kita berlomba untuk kebaikan, tapi kita berlomba pura-pura baik agar mendapat pujian. Saat kita dipuji, sungkan sekali kita mengucapkan tahmid, Alhamdulillah... Pada saat kita membuat kesalahan, sulit sekali kita ucapkan istighfar, Astagfirullah... Kita memang keras hati..

Semoga kelembutan Ramadhan bisa menular sampai ke sanubari kita agar hati kita bisa menjadi lembut, fikiran kita bisa tenang, urusan kita menjadi semakin lancar dan yang penting selalu sadar bahwa semua keindahan akan datang saat hati benar-benar 'tunduk'.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar