Sabtu, 04 Desember 2010

Konsep Yang Melangit

Dari beberapa kali pertemuan di kelas, ada beberapa tema menarik yang menjadi bahan diskusi berkaitan dengan komunikasi bisnis. Diskusi ini juga ada di luar kelas yang dilakukan para tenaga pemasar atau bidang public relation di lembaga-lembaga yang membutuhkan iamge positif terhadap produk yang ingin dipasarkan kepada khalayak.

Pertanyaannya sederhana saja, mengapa sulit sekali mengimplementasikan suatu konsep bisnis di lapangan, padahal aturan main dan perangkat hukum yang melegalkan konsep tersebut sudah tersedia?

Tentu banyak jawaban yang akan diperoleh dari satu pertanyaan di atas, tergantung dari perspektif mana pertanyaan itu kita lihat. Jika kita ingin jawaban yang konfrehensip tentu jawabannya akan membutuhkan kertas yang jumlahnya ratusan lembar dan didukung oleh kajian-kajian ilmiah dan analisis yang dalam dari teori-teori yang ada.

Konsep yang Melangit

Pada prinsipnya perumusan konsep dari sebuah rencana merupakan bentuk komunikasi tertulis yang disampaikan kepada komunikan dalam rangka menyampaikan seperangkat pesan yang telah disusun dengan rapi dengan harapan pesan tersebut dapat menjadi rujukan, bahan pijakan dan dasar bagi komunikan dalam mengambil tindakan selanjutnya.

Namun, konsep tidak dapat langsung beredar di kalangan low management, apalagi di kalangan pasar sasaran, tetapi konsep-konsep ini menjadi bahan perbincangan dan pedoman bagi para manager tingkat menengah ke atas sebagai pegangan dalam menjalankan fungsi manajemen mereka. Tugas para manager yang akan melakukan sosialisasi konsep kepada setiap bagian yang ada di bawahnya dan seterusnya hingga sampai pada struktur terendah dalam organisasi mereka.

Proses sosialisasi konsep di lingkungan organisasi ini membutuhkan waktu yang lama untuk dapat benar-benar difahami oleh anggota organisasi. Jika pemahaman konsep sudah mencapai pada terinternalisasinya nilai-nilai konsep tersebut ke semua lini, maka satu langkah tujuan dari komunikasi telah dapat dilalui.

Selanjutnya konsep-konsep ini akan keluar dari lingkungan orgnaisasi melalui personal-personal yang telah dipilih sebagai tenaga pemasar atau bidang relasi publik dan meyakinkan publik terhadap semua konsep-konsep yang telah ditata rapi tersebut agar dapat diimplementasikan di lapangan. Tetapi, pada level ini, komunikasi belum dapat diukur keberhasilannya secara organisasional.

Biasanya kesulitan yang sering dihadapi dalam mengkomunikasikan konsep ini adalah karena keterbatasan komunikator dalam menterjemahkan konsep tersebut ke dalam bahasa yang lebih teknis sehingga mudah dipahami oleh khalayak. Bahasa teknis yang dimaksud disini adalah mem-break down konsep-konsep tersebut menjadi bagian-bagian yang dapat diterjemahkan de dalam bahasa kelompok sasaran.

Dalam kasus ini, dapat kita ambil sebuah contoh tentang konsep Ekonomi Syariah. Dari beberapa judul buku yang beredar di masyarakat yang berkaitan dengan ekonomi syariah, isinya didominasi dengan konsep-konsep hukum yang melangit. Artinya, pembahasan berfokus seputar terminologi dan penggunaan istilah tanpa memberikan penjelasan, di titik mana pijakan konsep tersebut hingga dikatakan syariah, dan di titik mana pula mestinya orang awam dapat melihat konsep tersebut sebagai suatu yang menguntungkan baik itu materi maupun keuntungan spiritualnya sebgai unit syariah.

Tak dapat kita hindari, masyarakat awam, ketika menjalankan sebuah kegiatan ekonomi, maka pertanyaan pertama yang muncul adalah "Apa untungnya buat saya, dan berapa keuntungan yang saya dapat, apakah keuntungannya bisa melebihi unit-unit konvensional?" dan beberapa pertanyaan yang serupa akan muncul untuk merespon konsep tersebut.

Jika pertanyaan-pertanyaan tersebut tak dapat dijawab oleh komunikator, maka inilah yang saya katakan sebagai Konsep yang Melangit, tak membumi karena tak dapat dipahami orang awam.

Jika konsep-konsep ini hanya berputar di wilayah organisasi dan tidak sampai mempengaruhi apalagi menjadikan khalayak bertindak, maka proses komunikasi yang dilakukan oleh organisasi ini tidak mencapai salah satu tujuan dari komunikasi itu sendiri.

Tujuan komunikasi menurut Onong Uchjana Effendi adalah :
 Social Change / Social Participation. 
 Attitude Change. 
 Opinion Change
 Behaviour Change

Tidak ada komentar:

Posting Komentar