Kamis, 02 Desember 2010

MONEY CHANGER JALANAN....

Pada bulan puasa lalu, saya berada di Padang, Sumatera Barat. Ada beberapa pemandangan unik yang saya jumpai berkaitan aktifitas perekonomian warga Padang. Menyebut Padang, yang teringat adalah perantau dan pedagang. Naluri bisnis orang Padang memang bebeda dengan daerah-daerah lain yang keadaan kotanya sama. Melihat kepadatan penduduk kota dan perilaku masyarakatnya, mestinya naluri bisnis warga setempat tentu tidak sama dengan kota-kota besar lainnya yang memiliki tantangan ekonomi yang lebih keras.

Atau mungkin alasan yang dominan kita dengar berkaitan dengan aktifitas perekonomian warga adalah karena semakin sulitnya mencari lapangan pekerjaan, sehingga masyarakat berfikir keras untuk menciptakan suatu inisiatif sebagai jalan lain yang baik untuk mencari nafkah, asal jangan mencuri.

Di Sepanjang jalan Sisingamangaraja, Padang, setiap hari saya lihat anak-anak, muda dan orang tua berjejer menjulurkan tangan kepada pengendara jalan raya, setiap mereka berupaya dan berlomba-lomba menawarkan jasa. Lambaian tangan mereka memang terasa mempengaruhi ruang pandang kita sebagai pengendara jalan raya, setidaknya pengguna jalan pasti melihat gerakan tangan mereka.

Awalnya saya tidak bergitu tertarik untuk mampir, karena jalan tersebut saya lalui hanya untuk menuju tempat yang sudah biasa saya datangi. tapi karena pemandangan ini setiap hari saya lihat dan juga banyak kerumunan disana, akhirnya saya coba berhenti dan melihat secara langsung, apa sebenarnya yang mereka tawarkan.

Uang, mulanya saya kira uang mainan... Waktu saya perhatikan dan tanya, ternyata uang asli.. Mereka menjual uang receh ribuan, dua ribuan, lima ribuan dan seterusnya.

Uang tersebut mereka sediakan untuk para dermawan yang ingin bagi-bagi duit lebaran.  Tentu ada marginnya. Uang tersebut bukan untuk ditukar semata, tetapi dijual... Ya... Dijual layaknya menjual barang dagangan biasa.

Setelah berbincang sejenak, barulah kami putuskan untuk memiliki beberapa lembar uang receh tersebut untuk persiapan lebaran nanti, karena di Padang umumnya masyarakat membagi-bagikan uang kepada anak-anak dari seluruh penjuru kampung yang mendatangi rumah-rumah untuk sekedar tegur sapa dan “bermaaf-maafan”. Maklum, namnya anak-anak..

Setiap satuan uang memiliki nilai tukar yang berbeda dari segi jumlahnya.
Kalau kita membeli uang pecahan 2.000.- sejumlah 100.000, maka mereka menjualnya Rp. 110.000, begitu terus kelipatannya, jika 200ribu, maka harga jualnya 220.000. Keuntungan Rp 10.000/ikat (100.000).

kami membeli uang pecahan bernilai 2.000.- sebanyak 50 lembar atau sejumlah Rp. 100.000, maka kami harus menukarnya dengan uang sebesar Rp. 110.000.

Masyarakat menciptakan lapangan kerja baru, BERDAGANG RUPIAH....
Uang bukan lagi sekedar menjadi alat/media pertukaran barang, tetapi uang itu sendiri sudah menjadi barang dagangan. Menjual Rupiah dengan Rupiah..

Mungkin terinspirasi dari pertukaran mata uang asing, sehingga mereka juga membentuk komunitas MONEY CHANGER JALANAN....

4 komentar:

  1. AIDA (379)
    sugguh unik tapi nyata yang tak di jumpain di daerah lain dan ini baru pertama kali saya membaca dan mendengarnya.

    apa setiap hari dalam sebulan penuh demikian yang mereka lakukan ???
    sunggu banyak sekali uang pecahannya,
    kira-kira uang pecahan tersebut dari mana mereka dapatkan sebanyak itu pak ???

    BalasHapus
  2. Ini bentuk kreatifitas warga yang tidak memiliki pekerjaan tetap akibat tidak tersedianya lapangan kerja, jadi mereka menunggu moment-moment tertentu yang dapat menghasilkan uang. Dan rasanya lebih baik dari pada mencari uang dengan cara mencuri atau menyakiti orang lain.

    Saya sempat bincang-bincang dengan mereka, uang itu mereka peroleh langsung dari bank, tapi mereka tidak mau menjelaskan secara rinci tentang bagaimana kesepakatan mereka dengan bank. Yang jelas mereka sharing juga dengan bank.

    BalasHapus
  3. aida (379)

    kira2 atas dasar apa pak mereka mau membeli produk uang tersebut,,padahal mereka bisa langsung ke bank untuk menukarkannya tanpa mengeluarkan uang Rp 10.000 tersebut???
    apa ada faktor-faktor lain yang mendukung mereka untuk membeli produck uang tersebut?????????

    BalasHapus
  4. Ada beberapa faktor; diantaranya:

    1. Jarak
    Jauhnya jarak tempuh ke bank, sehingga mereka enggan menuju bank. Disamping itu, jalan yang dilalui menuju ke bank berkelok-kelok karena beberapa ruas jalan ada jalan yang satu jalur.

    2. Waktu
    Dapat menghemat waktu. Karena "money changer" jalanan yang aktif bergerak dari satu tempat ke tempat lain mencari pembeli.

    3. Antrian panjang
    Jika mereka menukarkan uang di bank, maka antrinya terlalu panjang dan bergilir menurut nomor urut yang telah diatur, dapat menghabiskan waktu.

    4. Moment
    Karena kebutuhan uang pecahan ini untuk lebaran, maka menjelang hari H, masyarakat memang mencari uang pecahan untuk dibagi-bagi.

    BalasHapus