Rabu, 19 Januari 2011

Kebanyakan Tak Ada Yang Berubah



Kebanyakan yang kita lakukan hingga saat ini tidak ada yang berubah, alias konstan. Yang berubah adalah bagaimana cara melakukan sesuatu. Begitu kira-kira inti salah satu tulisan John Naisbitt dalam bukunya, Mindset.

Ya, kebanyakan memang begitu. renungkanlah apa yang kita lakukan selama ini. Sejak kecil kita sekolah bertahun-tahun lamanya tanpa ada yang kita ubah, kita melakukan hal yang sama setiap hari sepanjang tahun; bangun tidur, mandi, berpakaian, sarapan dan berangkat ke sekolah. Kemudian pulang, makan, bermain dan pulang lagi untuk istirahat. Begitu seterusnya hingga tamat sekolah.

Begitu juga orang dewasa yang bekerja, bangun pagi mereka bersiap-siap berangkat kerja ke tempat masing-masing, setiap hari sepanjang tahun hingga masa pensiun mengakhiri perjalanan mereka dari rumah ke kantor, tak ada yang berubah.

Begitu juga dalam dunia bisnis, para pebisnis melakukan hal yang sama dalam ruang produksi, berupaya agar sistem berjalan untuk berputarnya mesin perusahaan untuk mendatangkan laba. Setiap hari sepanjang tahun seumur eksistensi perusahaan bersangkutan. Inilah yang dikatakan rutin; menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, rutin berarti prosedur yang teratur dan tidak berubah-ubah; hal membiasanya prosedur, kegiatan, pekerjaan, dan sebagainya.

Lantas apa sebenarnya yang berubah dari semua rutinitas sehari-hari kita selama ini? Bahkan kita sering mendengar kata perubahan dalam perbincangan dan diskusi di berbagai tempat dan ruang. Dan kita terkungkung dalam kata perubahan tersebut sehingga memberikan kesan yang menakutkan akan sulitnya menghadapi perubahan tersebut.

Sebenarnya apa yang kita lakukan sepanjang hari selama hidup kita, tidaklah ada yang berubah, kebanyakan konstan adanya, yang berubah hanyalah bagaimana cara kita melakukannya.

Seorang pelajar akan berangkat ke sekolah dari rumahnya setiap pagi sampai dia tamat dari sekolah tersebut. Jika sang pelajar ingin cepat sampai ke sekolah, maka dia bisa mengubah cara berangkatnya dengan menggunakan kendaraan; jika sang pelajar merasa bahwa nilainya selama ini buruk, maka dia dapat mengubah cara belajarnya untuk memacu nilai agar lebih baik lagi.

Seorang pegawai yang setiap hari mendapat tugas mebuat surat-menyurat dalam jumlah banyak dengan menggunakan mesin tik manual, dapat mengubah caranya dengan menggunakan komputer untuk efektifitas dan efisiensi.

Dalam dunia bisnis, peningkatan laba perusahaan dapat pula ditempuh dengan cara yang berbasis pada teknologi tinggi, yakni memindahkan biaya produksi dari produsen kepada konsumen dengan cara menciptakan sistem registrasi dan pembayaran secara online, seperti pembayaran online untuk pembelian tiket pesawat, pembayaran rekening listrik, telepon dan tagihan-tagihan lainnya.

Dengan sistem manual, secara sederhana, dapat digambarkan, jika sebuah perusahaan penerbangan selama operasionalnya dalam jangka satu tahun harus mengeluarkan biaya milyaran, maka menurut data yang dipublish oleh TribuneNews.com, jumlah penumpang Sriwijaya Air tahun 2009 berjumlah 5,6 juta dan 7,2 juta penumpang pada tahun 2010.

Jika diasumsikan biaya cetak tiket per lembarnya adalah Rp. 1.000.-, maka dengan jumlah 6,5 juta penumpang, diperoleh angka Rp. 5,6 milyar biaya yang harus dikeluarkan untuk ongkos produksi tiket. Pada tahun 2010 diperkirakan ada kenaikan jumlah penumpang mencapai 7,2 juta, hingga biaya cetak tiket dengan asumsi yang sama menjadi Rp. 7,2 milyar.

Dengan sistem online, biaya-biaya produksi tiket ini dapat dipindahkan dan dibebankan kepada pelanggan. Jika dirunut mekanisme reservasi tiket, maka pelanggan yang melakukan pemesanan tiket online, secara mandiri melakukan booking hingga print out tiket di rumah masing-masing, atau mereka melakukannya di warung internet jika di rumah tidak dapat mengakses internet.

Mengakses internet, dimanapun tetap mengeluarkan biaya. Biaya internet ini merupakan salah satu pembebanan biaya kepada konsumen dari produsen. Setelah melakukan booking secara online, pelanggan harus melakukan pembayaran sebagaimana instruksi. Biasanya pelanggan melakukan transfer melalui ATM, SMSbanking atau Internet banking. Proses banking ini juga membutuhkan biaya transfer jika berlainan bank, jikapun pada bank yang sama, maka fasilitas SMSbanking tetap melakukan pemotongan biaya SMS normal, intinya, proses ini semuanya memakan biaya.

Yang terakhir adalah print out tiket. Setelah transfer dilakukan, maka pihak penerbangan/ perusahaan travel online, akan mengirimkan tiket kepada pelanggan melalui surat elektronik, maka pada saat yang sama, pelanggan dapat mengunduh file untuk memperoleh tiket tersebut hingga dapat dicetak dengan menggunakan printer.

Mencetak tiket yang dilakukan oleh pelanggan merupakan suatu kegiatan yang tidak bebas dari biaya, bahwa printer membutuhkan tinta agar dapat mencetak, tinta print juga harus dibeli oleh pelanggan, atau membayar biaya cetak jika print out dilakukan di warung internet.

Biaya-biaya yang dikeluarkan pelanggan dalam rangka mendapatkan tiket pada kasus di atas sejatinya merupakan biaya-biaya yang mestinya dikeluarkan oleh pihak penerbangan. Tetapi, aplikasi teknologi informasi saat ini sangat memungkinkan semua perusahaan dapat memangkas biaya produksi dengan perolehan laba dalam jumlah yang fantastis. 

Apa yang didapat oleh pelanggan? Kemudahan, waktu yang singkat, serta penghargaan atas izin akses situs penerbangan bersangkutan.

Dalam dunia bisnis, ubahlah bagaimana cara melakukan sesuatu, bukan mengubah apa yang kita lakukan.

1 komentar:

  1. Tulisan ini diterbitkan di KompasOnline:
    http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2011/01/19/memindahkan-biaya-produsen-kepada-konsumen/

    BalasHapus