Minggu, 23 Januari 2011

Filantropi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989), kedermawanan diartikan sebagai kemurahan hati; kebaikan hati terhadap sesama manusia. Dalam istilah asing, kedermawanan ini disebut juga dengan Filantropi yang berasal dari bahasa Latin "philanthropia" atau bahasa Yunani "philo" dan "anthropos", yang berarti "cinta manusia". Filantropi adalah kepedulian seseorang atau sekelompok orang kepada orang lain berdasarkan kecintaan pada sesama manusia (Hilman Latief, 2010).

Kepedulian yang dimaksud dalam konsep filantropi disini merupakan tindakan membantu/ menolong sesama manusia melalui potensi yang dimiliki baik dari segi waktu, uang, fikiran dan tenaganya.

Berbeda dengan Karitas (charity), filantropi lebih menekankan pada pendampingan (advocacy) dan pemberdayaan yang berdampak pada jangka panjang. Sedangkan karitas lebih menekankan pada aspek pelayanan (serve) (Hilman Latief, 2010).


Walaupun advokasi melekat pada profesi hukum jika dilihat dari bahasa Belanda, yang berarti pengacara atau pembela, namun dalam bahasa Inggris, advocate juga berarti to promote (mengemukakan atau memajukan), to create (menciptakan), to change (melakukan perubahan). Sehingga jika ditarik dalam ranah pemberdayaan kaum miskin, advokasi bukan sekedar mendampingi dan membela saja, tetapi advokasi adalah melakukan upaya-upaya  yang mengarah pada perubahan sosial secara sistematis dan strategis. Sehingga filantropi lebih bermakna pada sifat yang produktif. Produktif dalam arti menjadikan kondisi hari ini lebih baik dari pada hari yang lalu dan esok lebih baik dari pada hari ini.


Akan halnya dengan karitas, hanya sebatas memberikan pelayanan, sehingga penekanan pada hasil jangka panjang bukan menjadi tujuan utamanya, melainkan kedermawanan yang bersifat konsumtif semata.

Kedermawanan Untuk Apa?
Tak dapat dipungkiri, bahwa suatu kedermawanan memiliki latar belakang yang berbeda-beda baik yang dilakukan oleh individu maupun kelompok-kelompok dan organisasi filantropi yang saat ini semakin marak di seluruh belahan dunia. Pemberian derma kepada orang lain bisa saja karena menginginkan popularitas, keuntungan materi yang lebih besar, atau bahkan membawa misi-misi tertentu dalam kaitannya dengan pergulatan pemikiran pada suatu komunitas yang berpengaruh. Lantas, apakah sebenarnya yang ingin dicapai dari sebuah kedermawanan? Popularitas, umpan balik ekonomis (pamrih) atau cukup menyeberangkan seseorang dari kondisi yang labil kepada kondisi yang stabil?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar